BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Masa puerperium
atau masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai
alat – alat kandungan kembali pra hamil dan berlangsung kira – kira 6 – 8 minggu.
Masa nifas adalah masa yang dimulai
setelah plasenta lahir setelah 6 minggu (42 hari) untuk kembalinya alat – alat
reproduksi pada keadaan normal atau keadaan sebelum hamil.
Masa nifas adalah
suatu masa segera setelah kelahiran dan meliputi minggu – minggu berikutnya
pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil.
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap
telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan
menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang
diperbolehkan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.
Dalam
beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik antara 37,2-37,8
derajat Celcius oleh karena resorpsi benda-benda dalam rahim dan mulainya
laktasi, dalam hal ini disebut demam resorpsi. Hal ini adalah normal.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan
alat-alat genitalia dalam masa nifas.
Masuknya kuman-kuman dapat terjadi
dalam kehamilan, waktu persalinan dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam
masa nifas oleh sebab apapun.
Sepsis adalah adanya mikroorganisme
patogen atau toxic lain didalam darah atau jaringan tubuh. Dalam hal ini sepsis
adalah suatu peradangan yang terjadi sistemik atau biasa disebut Systemic
Inflamation Respon Syndrom ( SIRS) berikut adalah criteria dari SIRS.
1. Suhu
>380C atau <36 C
2. Denyut
jantung >90 x permenit
3.
Respirasi lebih dari 20 /menit atau PaCO2 < 32mmHg
4.
Hitung leukosit >12.000/mm2 atau 10% sel imatur (band)
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah
ini:
a. Apakah pengertian Sepsis Puerperalis?
b. Bagaimanakah perkembangan Sepsis
Puerperalis?
c. Apakah tanda & gejala Sepsis
Puerperalis?
d. Apa saja komplikasi Sepsis Puerperalis?
e. Bagaimanakah cara pencegahannya?
f.
Bagaimanakah
cara pengobatan Sepsis Puerperalis?
C.
TUJUAN
a.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran-gambaran umum
maupun khusus baik secara teori maupun secara nyata mengenai Sepsis
puerperalis.
b.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian sepsis
puerperalis
2. Untuk mengtahui perkembangan sepsis
puerperalis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala
sepsis puerperalis
4. Untuk mengetahui komplikasi apa saja
yang diakibatkan oleh sepsis puerperalis
5. Untuk mengetahui cara pencegahannya
6. Kuntuk mengetahui cara pengobatan dari
sepsis puerperalis
D.
MANFAAT
Agar pembaca dapat mengetahui apa itu Sepsis puerperalis
beserta tanda dan gejalanya, serta cara pencegahan dan pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42
hari setelah persalinan atau abortus di mana terdapat dua atau lebih dan hal –
hal berikut ini :
– Nyeri pelvik;
– Demam 38,5°C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja;
rabas – vagina yang abnormal;
– Rabas – vagina berbau busuk;
– Keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus (sub involusio uteri).
– Nyeri pelvik;
– Demam 38,5°C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja;
rabas – vagina yang abnormal;
– Rabas – vagina berbau busuk;
– Keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus (sub involusio uteri).
Semua infeksi traktus genitalia yang
terjadi akibat komplikasi, abortus, persalinan atau kelahiran disebut Sepsis
Puerperalis. Streptokokus, stafilokokus, kllostridia, bakteri koliform atau
bakteroides adalah kuman patogen yang paling sering didapati selulitis akibat
laserasi vagina atau serviks mungkin merupakan tempat awal infeksi, demikian
juga dengan endometrium terutama di daerah perlekatan plasenta (setara dengan
luka, setara dengan luka permukaan yang luas), kelemahan (anemia, kurang gizi
pada sistemik serviks pecah selaput ketuban yang lama, persalinan lama, dan
kelahiran traumatik cenderung menimbulkan infeksi nifas.
B.
EPIDEMIOLOGI
Secara
keseluruhan angka
insiden dan prevalensi infeksi postpartum di Amerika Serikat adalah kurang. Dalam sebuah studi oleh
Yokoe et al pada tahun 2001, 5,5% persalinan vagina dan 7,4% dari persalinan sesar
mengakibatkan infeksi postpartum. Tingkat infeksi postpartum secara keseluruhan
adalah 6,0%. Endometritis menyumbang hampir setengah dari infeksi pada pasien
setelah persalinan sesar (3,4% dari persalinan sesar). Mastitis
dan infeksi saluran kencing bersama-sama menyumbang 5% dari persalinan vagina.
Dalam review
paling mutakhir, angka kematian
ibu yang berhubungan dengan infeksi
postpartum berkisar dari 4-8%, atau sekitar 0,6 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup
Sebuah surveilans mortalitas yang
berhubungan dengan kehamilan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
infeksi ditunjukkan tersebut adalah sekitar 11,6% dari semua kematian berikut
kehamilan yang menghasilkan kelahiran hidup, lahir mati , atau ektopik. Risiko
infeksi saluran kemih postpartum meningkat dalam African American, Native
American, dan populasi Hispanik.
C.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala sepsis puerperalis
antara lain malaise, sakit kepala, anoreksia, dan sedikit peningkatan suhu
secara remiten, serta peningkatan denyut nadi, biasanya mulai 3-4 hari setelah melahirkan
dapat diikuti oleh masa tidak nyaman yang samar di perineum atau abdomen bagina
bawah, dan mual serta muntah. Sering kali Lochia menjadi berbau busuk. Demam
tinggi (demam nifas), nadi cepat, rasa sakit setempat, dan nyeri tekan pada
pelvis dapat diamati selama satu sampai dua hari berikutnya. Dapat terjadi syok
bakteremia.
D.
KOMPLIKASI
Sebagian besar penderita menunjukkan fokal infeksi sebagai sumber
bakterimia, hal ini disebut sebagai bakterimia sekunder, sepsis gram Negatif
merupakan komensal normal dalam saluran gastrointestinal, dan kemudian menyebar
ke dalam struktur yang berdekatan, seperti pada peritonitis setelah perforasi
apendical, atau bisa berpindah dari perineum ke ureter atau kandung kemih. Selain itu sepsis gram negatif focus primernya bisa berasal dari
gastrointestinal. Sepsis gram positif biasanya timbul dari infeksi kulit,
saluran respirasi dan juga bisa berasal dari luka terbuka misalnya luka bakar
Infeksi traktus
genitalia umumnya berkembang dari endometritis menjadi endomiometritis, menjadi
selulitis pelvis daIn peritonitis atau tromboflebitis pelvis septik. Dapat
terjadi pembentukan abses, septikemia, emboli paru syok septik, dan kematian.
Atau antara lain:
· Sindroma distres
pernafasan dewasa
·
Koagulasi intravascular diseminata
·
Gagal Ginjal akut
·
Perdarahan usus
·
Gagal hati
·
Disfungsi SSP
·
Gagal jantung
·
Kematian
E.
DIAGNOSA BANDING
Pada penderita dengan infeksi nifas perlu diketahui apakah terbatas pada
tempat-tempat masuknya kuman-kuman ke dalam badan atau menjalar keluar tempat.
Seorang penderita dengan infeksi yang meluas diluar port de entery tampaknya
sakit , suhu akan meningkat dengan kadang – kadang disertai mengigil, nadi
cepat, keluhannya juga lebih banyak.
Jika ada fasilitas penderita dengan infeksi nifas hendaknya diambil getah
dari vagina sebelah atas untuk pembiakan, dan pada infeksi yang tampaknya berat
juga diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini dilakukan untuk mengetahui
penyebab infeksi nifas dan guna memilih antibiotik yang paling tepat untuk
pengobatan
Komplikasi demam nifas yang tidak
berhubungan dengan traktus genitalia menurut urutan kekerapannya adalah
mastitis, infeksi saluran kemih, pernapasan, serta enteritis.
F. PENCEGAHAN
-Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi
nifas, harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan
factor penting, karenanya diet yang baik harus diperhatikan.
Coitus
pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban
dan terjadinya infeksi.
- Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak
mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan
mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus
menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam
persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu,
terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus
diberikan menurut keperluan.
Menyarankan semua wanita hamil untuk mencari bantuan medis
segera setelah keluar lendir darah atau cairan dari jalan lahir. Jika selaput
ketuban pecah dan tidak mengalami kontraksi, kurangi melakukan
pemeriksaan vagina. Jika persalinan tidak dimulai dalam waktu 18 jam setelah
selaput ketuban pecah, berikan antibiotik profilaksis, sebagai berikut.
a. ampisilin
2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin
5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam
Hentikan antibiotik setelah persalinan pervaginam, jika
persalinan dengan operasi caesar, berikan metronidazol IV 500 mg tiap 8 jam.
Antibiotik diteruskan sampai pasien bebas demam selama 48 jam.
-
Selama
nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada
jalan lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak
dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas
jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas sehat.
Upaya menghindari terjadinya sepsis puerperalis, memerlukan
tekhnik asepsis ketat selama pemeriksaan pelvis dan kelahiran. Minimalisasi
trauma obstretitis karena jaringan yang terluka rentan terhadap infeksi.
G.
PENGOBATAN
Manajemen Umum Sepsis Puerperalis:
1. Mengisolasi
pasien yang diduga terkena sepsis puerpuralis dalam pemberian pelayanan
kebidanan. Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran infeksi pada pasien lain
dan bayinya.
2. Pemberian antibiotik
Kombinasi antibiotik
diberikan sampai pasien bebas demam selama 48 jam, dan kombinasi antibiotik
berikut ini dapat diberikan :
a. ampisilin
2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin
5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam, dan
c.
metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
Jika demam masih ada
72 jam setelah pemberian antibiotik di atas, dokter akan mengevaluasi dan
rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat yang lebih tinggi mungkin diperlukan.
Antibiotik oral tidak diperlukan jika telah diberikan antibiotik IV.Jika
ada kemungkinan pasien terkena tetanus dan ada ketidakpastian tentang sejarah
vaksinasi dirinya, perlu diberikan tetanus toksoid.
3. Memberikan banyak cairan
Tujuannya
adalah untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi, membantu menurunkan demam dan
mengobati shock. Pada kasus yang parah, maka perlu diberikan cairan infus. Jika
pasien sadar bisa diberikan cairan oral.
4. Mengesampingkan fragmen plasenta yang tertahan
Fragmen
plasenta yang tersisa dapat menjadi penyebab sepsis nifas. Pada rahim, jika
terdapat lokhia berlebihan,berbau busuk dan mengandung gumpalan darah,
eksplorasi rahim untuk mengeluarkan gumpalan dan potongan besar jaringan
plasenta akan diperlukan. Tang Ovum dapat digunakan, jika diperlukan.
5. Keterampilan dalam perawatan kebidanan
Hal
ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan untuk membantu
penyembuhannya. Berikut aspek perawatan yang penting:
- Istirahat
- Standar kebersihan yang tinggi, terutama
perawatan perineum dan vulva
- Antipiretik dan / atau spon hangat mungkin
diperlukan jika demam sangat tinggi
- Monitor tanda-tanda vital, lokhia, kontraksi
rahim, involusi, urin output, dan mengukur asupan dan keluaran
- Membuat catatan akurat
- Mencegah penyebaran infeksi dan infeksi
silang.
6. Perawatan bayi baru lahir
Kecuali
ibu sangat sakit, bayi baru lahir bisa tinggal dengannya. Namun, tindakan
pencegahan diperlukan untuk mencegah infeksi dari ibu ke bayi. Pengamatan
sangat penting untuk mengenali tanda-tanda awal infeksi, karena infeksi pada
neonatus dapat menjadi penyebab utama kematian neonatal. Hal yang perlu
diperhatikan :
- Mencuci tangan : jika ibu cukup baik
kondisinya, penting untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi baru lahir
- Menyusui: jika ibu cukup baik, menyusui bisa
diteruskan. Jika ibu sangat sakit, dikonsultasikan dengan medis praktisi yang
mengkhususkan diri dalam perawatan bayi baru lahir.
- Ibu sangat sakit: jika tidak mungkin bagi
bayi baru lahir dirawat oleh ibu, saudara dekat mungkin tersedia bagi merawat bayi
sampai ibu cukup baik. Namun, harus ditekankan bahwa karena bayi yang baru
lahir juga berisiko dalam mengembangkan infeksi.
7. Manajemen lebih lanjut
Jika
tidak ada perbaikan dengan manajemen umum peritonitis di ata, laparotomi akan
dilakukan untuk mengalirkan nanah. Jika uterus nekrotik dan sepsis, mungkin
diperlukan histerektomi subtotal.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia
yang dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran)
atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus. Infeksi traktus
genitalia umumnya berkembang dari endometritis menjadi endomiometritis, menjadi
selulitis pelvis dan peritonitis atau tromboflebitis pelvis septik.
Sepsis
puerperalis dapat dipengaruhi oleh masa kehamilan, persalinan dan mas nifas.
Dan pada dasarnya terjadi saat masa post partum (nifas).
B. SARAN
Saran kami sebagai penyusun makalah ini
adalah, masyarakat harus mampu untuk menjaga kesehatannya, terutama pada ibu
hamil baik trimester I, II, dan ke III. Karena kemungkinan terjadinya Sepsis
puerperalis antara lain adalah kekurangan nutrisi, kebutuhan istrahat yang
tidak terpenuhi, sehingga ibu bisa saja mengalami anemia. Terutama pada bulan
tafsiran persalinan ibu. Pemililihan tenaga yang hendak menolong partus juga
perlu diperhatikan, agar menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadinya
maslah-masalah pada persalinan.
Harrah's Resort Atlantic City - MapYRO
BalasHapusHarrah's Resort Atlantic City locations, rates, amenities: 제주 출장마사지 expert Atlantic City research, only at 나주 출장안마 Hotel and 경상남도 출장안마 Travel 정읍 출장마사지 Index. Realtime driving directions 경산 출장마사지 to Harrah's